Powered By Blogger

Sunday, December 24, 2006

'di, pandanglah dunia

'di, pandanglah dunia
sepertinya makin tua
meski, jika disepuh kembali
dunia nampak muda kembali

'di, pandanglah dunia
bersolek dengan materi
mengenakan pakaian globalisasi
bertopi publikasi ala selebriti
bersepatu tinggi bernama kekuasaan

'di, pandanglah dunia
ruang luas menanam kebajikan
hamparan keta'atan
waktu sisa bernama keyakinan
dengan hanya dua jalan pilihan:
kebaikan dan kejahatan
tak heran, kita selalu di persimpangan


('tuk hadi irwan, sahabat bandung-ppm tea..)

Saturday, December 23, 2006

Satu Ketika Di Ujung Tahun Ottawa

Ujung tahun dua ribu enam
menyiratkan banyak pesona
juga, memendam keperihan dan duka
meski, diam-diam, adanya

Ujung tahun
seringkali berlalu tiada makna
wajah, boleh saja, terlihat riang
bibir, tak lepas dengan semburat tawa
hati, diam, menafsir sejuta makna

Ujung tahun di Ottawa
salju bersikap malu menegur bumi
imajinasi terbang memburu sepi
Di luar, barisan manusia, tidur lelap
di ujung mimpi

Poligami

Dunia semakin tak kupahami
pernak-perniknya

menambah istri
menjadi komoditas tersendiri
tren yang tak diselami

manusia lebih senang menggunjingkannya
memilih tidur
membiarkan buta
dalam bunuh diri makna-Nya.
padahal firman sucinya
sedemikian luas dan dalam
mengapa ada 'ruang kecil'
bernama poligami

Friday, November 03, 2006

Nikmel, Dirikan Masjid Di Relung-mu



Nikmel,
esok, mentari berwarna jingga
cahaya menelusup ruang hatimu
bahagia menyongsong
adakah mesjid di relung nuranimu

Nikmel,
apa arti dunia bagimu
engkau, aku, kita semua
juga jutaan manusia
berduyun-duyun mengejarnya
keringat menetes
sering air mata membanjir
waktu tertikam
tapi, dunia menjauhi kita
kita kejar dunia
ia makin menjauh dan sering mengkhianati kita
kita coba raih dunia
dunia makin tinggi, bahkan
kerap dunia memperbudak kita
itupun jika tak tahu ilmunya
karena dunia, masa kini
hadir dalam ribuan wajah

Nikmel,
Apa arti istri, suami dan rumah tangga bagimu
apakah kita membangunnya
dengan batu prasangka, jendela kebencian,
atap cemburu, lantai pengkhianatan
pintu kemesraan setengah hati, dan dinding
ketidak-acuhan?
atau kita mendirikannya
dengan batu percaya, jendela kasih-sayang,
atap ketenangan, lantai kesetiaan, pintu kecintaan, dan dinding
kepeduliaan dan saling mengasihi?

Nikmel,
jelaskan padaku, makna anak atau buah hati bagimu
bukankah ia hadir bagaikan guru
mengajarkan banyak butiran hikmah
menjahit masa lalu kita ketika usia sama
bayi
merangkak, berjalan
dan belajar mengeja kata, juga kehidupan
ia, adalah potret kita dahulu
ia, menyadarkan kita
betapa berharganya menjadi 'orang tua'
jantung, seakan jatuh, ketika ia terluka
hati tersayat, ketika ia sedih
mata terasa buta, ketika hidupnya sengsara
telinga terpotong, jika ia membawa kabar duka
Ya, buah hati kita,
guru sejati dengan ribuan makna

Nikmel,
adakah masjid di relung hatimu, juga aku
adakah tempat bersujud di nuranimu, juga aku
dimana
Tuhan menjadi teman
juga tumpuan harapan?
Dimana
Kekasih Allah
Muhammad tlah menjadi rujukan?

Nikmel,
ketika hari keempat
bulan sebelas hinggap
di ujung dua-ribu-enam
sudahkan engkau bangun
mesjid
dalam
hatimu?
aku pun,
sedang belajar
membangunnya
di relung terdalam


--- "special for Niko, amel, dan keponakan kecilku. Meski ultah, jarang kusadari. Kali ini, kuucapkan Met Ultah Mel. Moga Allah mengaruniakan kebaikan untukmu, Niko, dan seluruh keluargamu." -----

Thursday, November 02, 2006

Nik, Sahabat Di Ujung Waktu

Nik,
lintasan waktu, menggoreskan cerita
duka
nestapa
suka
bahagia
juga tanya

Nik,
pedang waktu masa lalu
menuliskan kisah
cemburu
cinta
kisah cinta
untaian benci
juga lautan dosa

Nik,
perjalanan masa silam
mencatat apik
sedikit amal-sholeh
sedikit biji-bijian kebaikan
sedikit butiran pengabdian
sedikit sedekah
sedikit cahaya
tapi
setumpuk keburukan
segunung kesia-siaan
sempit penunaian harta
dan dikelilingi kegelapan
dan bukit-bukit dosa-kemaksiatan

Nik, saatnya tiba
minadzulumati ilan-nuur
hijrah,
dari kegelapan menuju cahaya

Nik, engkaulah salah satu sahabat di ujung waktu
menggapai cakrawala-Nya

-- tuk Niko, SMA5(1986)--

Wednesday, November 01, 2006

Ironi Dua

Nafsu
maksiat
keburukan
kejahatan
ketidak-benaran
ketidak-baikan
adalah api yang menghanguskan
lukanya abadi
Ironinya,
mengapa manusia memilih
kebakaran berulang-ulang kali
untuk mengerti betapa panasnya api?
---------

Ironi satu

Utusan Tuhan
datang silih berganti
Kitab suci ditulis
dan diturunkan
agar manusia beranjak
dari kegelapan menuju cahaya
ironinya,
kebanyakan penduduk bumi
tak memahami
apakah karena tak mampu memahami?
atau....tak mau memahami?
-----

Saturday, October 21, 2006

Bersimpuh Di Ujung Ramadhan

Waktu berarak
hari-hari berlari cepat
Dan, untuk kesekian kalinya
ku bersimpuh diujung Ramadhan

Kunikmati maknawi-Nya
Dengan kuhempaskan ego
belajar kubanting dunia
dan akhirnya
kusimpan dalam keranda
Di ujung Ramadhan

Kutemui nafsu
kugauli
kucumbui
dan akhirnya kuajari
agar ia menjadi anak buahku
bukan aku yang menjadi budak nafsuku
diujung Ramadhan

Diajari-Nya Lapar,
agar nafsu lemah-lunglai
sesudah terkapar
nafsu akan merunduk
menuju kelembutan
di ujung Ramadhan

Pun begitu
nafsu tetap membayang di kehidupan
Hingga bersimpuh kembali
di ujung Ramadhan mendatang
Smoga......

-- the end of Ramadhan (22/10/06)--

Friday, October 20, 2006

Tetangga, Keluarga Terdekat

Pagi menyongsong
Siang menatap
Sore, menanti
Malam, menjaga

Senyum, disambut atau didera
Bahagia, disyukuri atau dinista
Duka, disesali atau di-empati
Miskin atau Kaya, dinikmati atau dicela
tergantung menafsirkannya
karena hati, jika tak pandai merawatnya
kerap dalam dilema

yg pasti, jika muncul marabahaya
hidup bergoncang
bahaya mengancam
merekalah yang menyorongkan
tangan pertama

tak heran jika ada sabda
"Tetangga, adalah keluarga terdekatmu"
maka
dekati dan
sebarkan salam kesejahteraan
kepada mereka

21/10/06

Monday, October 09, 2006

Tentang Wanita

Terpekur, menatap harapan
melintas pertanyaan
sahabat diujung persimpangan
gelisah di kegelapan
tak kuat, melompatlah tanya:
'Ceritakanlah padaku tentang makhluk
bernama wanita?"

udara hampa
menari-nari kata
dihela nafasnya, sambil berkata
"Sampai ajal. engkau tak akan mampu
memahaminya.
Mungkin hanya setengahnya saja. Sebabnya sederhana,
kerna engkau pria, tak pernah jadi wanita".

Nafas memburu, lidahnya kelu
kata dipaksa:
"Dimata wanita. Persoalan sederhana, boleh jadi kompleks.
Sebaliknya, soal serius bisa dipecahkannya
secara sederhana. Tubuhnya ringkih, tapi menyimpan kuasa tak terkira.
Hatinya lembut sering terluka, tapi mudah jatuh kasih. Lidahnya dinamis,
kadang lupa rahasia. Tapi, dengan lidah itu, anak-anak belajar bicara
dan kesabaran darinya. Lainnya: salah satu kenikmatannya sederhana. Temani
Berjalanlah dengannya ke sudut belanja dan berilah komentar jika ia bertanya. Jangan lupa, ajarkan ingat kepada-Nya agar tetap lembut hatinya"

"Sisanya, teguhkan diri
amankan hati
tipiskan kuping.
Dan Lantunkan kata
Laki-laki adalah Qowwamuunaaa atas wanita.
Pelindung, pembimbing dan penentram.
Bukan penguasa atas budaknya."
Ironisnya, pria sering lupa
wibawa terlalu sering dipamerkan
dalam rumah tangga

Sahabat lenyap dalam makna
bertarung dalam nikmat ujian-Nya
Itukah rasa? Smoga

-- tuk, ASJ - Brawijaya --

Ramadhan Lalu, Kini dan Esok

Kusebut puasa
kudeta spiritual
seketika
menghentikan segalanya

Kusebut puasa
perjalanan spiritual tinggi
karena menurut-Nya
hanya IA yang membalas-Nya

Ramadhan lalu
tiada makna
Ramadhan kini
sedikit terbuka
Ramadhan esok
moga mjadi
rumah besar
dalam menunmpuk
gudang hikmah-Nya

MUhammad, Puasa

Sahabat datang, tersesat
menghadirkan tanya
kenapa Muhammad
terjamin surga

kutengok ia, senyum dihati
membutuhkan jawab seketika
kuhela napas, dan kurangkai kata
hati-hati
"Siapa pun terjamin surga.
syaratnya sederhana
asal lurus hidupnya"

Sahabatku diam, tak mengira
tapi, hatinya terhibur, sambil berkata
"Ya. kutemukan jawab
dan kegelisahan sirna."

Sebelum sirna, kuberondong kata
"Ia manusia biasa,
cuma...
Tuhan memandunya
dengan surat cinta Illahi.
Menegurnya, jika salah.
Mengingatkannya, jika bengkok.
Membuatnya menjadi nyata, jika berkeinginan.
Menghiburnya, ketika sedih.
Menyediakan jawaban, saat bingung melanda.
Menambahinya hikmah dan ilmu pengetahuan.
karomah-Nya ditaburkan.
Dibocorkan-Nya alam malakut.
menaburinya kasih sayang.
tapi, ia kadang sering lama menunggu wahyu turun".

Sementara kita, manusia belakangan.
lengkap sudah Surat Cinta Illahi itu.
Diparipurnakan melalui Wujud Nur Muhammad
Ironisnya, manusia kerap mengabaikan

Sahabatku diam, merajut pemahaman
aku, diam, menangis dalam hati
aku bagian dari kelompok besar
yang sering mengabaikan

--Ramadhan, 2006--

Tuesday, September 05, 2006

Heran-Nya Ia

Jika saja terbuka
Nampaklah heran-Nya Ia
akan perjalanan manusia
di bumi luas-Nya

Dengan penuh cinta
dilantunkannya ayat kasih-Nya
dikirimi-Nya pertanda dengan bunga
Dihadirkan-Nya beribu perumpamaan,
aneka kisah, tokoh silam, keadaan duka dan bahagia
sehingga bisa diambil hikmah-Nya

Heran-Nya Ia,
manusia membiarkan dirinya
melihat, tapi buta
mendengar, tapi tuli
merasa, tapi tak setia
memuja-Nya, tapi dusta
setengah hati, segalanya

Heran-Nya Ia,
manusia memilih bahagia maya
memanjangkan tangannya
berulang-ulang kesalahannya
menengadahkan kepala
membusungkan dada
merasa penentu, setiap nasibnya
padahal, manusia
kerap kalah
dalam medan perang
didalam dirinya

Monday, September 04, 2006

Dan Ia

Ia, ada
tapi sering dianggap tiada
Ia, senantiasa hadir
tapi seringkali tak dikunjungi

Ia-lah, segala sumber
tapi, kerap tak didatangi
Ia-lah, Cahaya
Tapi, kebanyakan merasa gelap
Dan Ia
Tumpuan
Dituju
meski jalan terjal
berliku

Thursday, August 17, 2006

MERDEKA DALAM TANYA

Silam, tak ada negara
apalagi Indonesia
tiada dikitab suci, juga agama
menuliskan negara
apalagi Indonesia
kini, betapa penting ia

Masa lalu, hanya ada raja dan punggawa
Majapahit dan nusantara namanya
Soekarno-Hatta memanggulnya
mengereknya ke udara
memecah angkasa
Jadilah Indonesia Raya

Dahulu,
darah, nyawa, airmata bahkan harta
disetor agar merdeka
penjajahan sirna
usai terlaksana, rakyat sukacita
namun, sekejap saja
penjajah mengganti wajahnya

Sang kala,
rakyat masih berduka
merdeka dalam semu belaka
rakyat dalam nestapa
dibajak pemimpin-nya
rakyat mulai murka
hidupnya terpenjara
rakyat sedikit bahagia
disajikan menu demokrasi namanya
rakyat menyongsong suka
telah ada sedikit cahaya

Di muara waktunya,
rakyat sungguh ceria
karena mereka bersandar
hanya pada-Nya
meski kadang berkata
inikah, merdeka dalam tanya?

-------
'rif di DC, smoga tetap ceria

Tuesday, August 15, 2006

'NANDA

'Nanda,
engkau adalah tuan guru
ajarkan dunia yang tak slalu biru
tangismu, cermin diriku yang lalu
rangkakmu, ke-tidakberdayaan-ku

'Nanda,
engkau ajarkan butiran hikmah
cahaya matamu, adalah berkah
gelak senyummu, fitrah
aku berdoa
moga engkau tak menjadi fitnah

'Nanda,
duniamu kini, berbeda
engkau dikepung oleh berhala aneka rupa
bahkan, berhala itu hadir di rumah kita
melalui layar-layar kaca
engkau dikepung oleh bayangan
hampa nan nyata
aku berdoa
moga engkau tak celaka

'Nanda
duniamu kini, ringkih
tapi seolah gagah
kebusukan ragam wajah
kejahatan disembunyikan selimut merah
tapi anakku
kuharap hidupmu
duduk bersimpuh, hatimu diam
dan senantiasa memunguti hikmah
di cakrawala

--------
tuk teman dan saudara (!)

Monday, August 14, 2006

BUNDA

Bunda, Justru
ketika engkau ada, aku tiada
ketika cintamu hadir, aku sirna
ketika dekat, aku jauh
dan, akhirnya kusadari
ketika jauh, justru engkau
sangat dekat

Bunda, justru
saat kata semburat, aku lari
airmatamu turun, aku tertawa
wajah khawatir, aku lupa
dan akhirnya, kuinsafi
ketika jauh, bahwa kasihmu
tak terbatas

Bunda, ijinkan
sekarang saatnya juga
mencium punggung tanganmu
kudekat erat wangi tubuhmu
kusapu airmatamu
kurengkuh hatimu dengan bahagia nan cinta

Bunda, dengan penuh asmara
kulantunkan doa
Moga Ia mengasihimu
sama dan serupa dengan kasihmu kepadaku
saat tersimpan dalam rahim
hingga beranjak dewasa

-------
tuk ia di ujung dunia

ANTARA IA DAN TIADA

ia melintas cepat, sekerdipan mata
kehadiranny amat singkat, tapi terasa
sorot mata tajam, membuka khilaf lama
kata-katanya menggugat, membongkar rahasia

luka lama, ditampakkannya
nestapa, dirajutnya
derita, dihikmatinya
sesal, dihiburnya
kesadaran, tujuannya

wajahnya memancarkan cahaya
usapan tangannya menghadirkan tanya
'apakah tujuan hidupmu?' katanya
lidahku kelu, hati bergolak dibuatnya
belajar mencari jawabannya

ia, antara ada dan tiada
hinggap di jiwa dengan ukiran sama
sifatnya abadi yakni cahaya
meski badannya ditelan dunia
seuntai doa, dilantunkan untuknya

-----------
special for 'Ki Pengelana', dimanakah ia?

TENTANG "NEGARA"

Saudaraku,
kutulis surat ini dari pojok dunia, ketika udara musim gugur mulai tiba. Hati dan fikiran melayang, membanding-banding sejarah dan kekinian. Sebagian besar menjadi pertanda. Ada banyak yang kutemu, tapi sedikit yang kuragu. Selebihnya, hilang ditelan waktu. Kali ini, Ijinkan aku bercerita kepadamu tentang "negara"

Saudaraku,
Tentu saja, dahulu manusia tak mengenal istilah 'negara' sebagaimana yang kita kenal saat ini. Masyarakat suku, nomaden, kekaisaran, kerajaan, dan nation-state, datang silih berganti. Tapi, sesungguhnya muaranya adalah kepentingan dan perebutan wilayah. Juga, dibumbui oleh identitas ethnics, suku, ras, agama dan kelompok-kelompok berdasarkan kepentingan bersama.

Yang tidak kumengerti adalah semua peristiwa itu ditandai oleh penyetoran nyawa, darah, air mata dan kerugian lain yang tiada terperi. Yang tidak kumengerti adalah 'kenapa untuk itu semua manusia rela menyetor jutaan nyawa'. Dan manusia modern, ironisnya, tak pernah belajar dari sejarah dan selalu mengulang-ngulang kebodohannya dengan merusak dunia-nya sendiri. Mengapa 'transaksi kepentingan dunia disegala lapisan' harus dilakukan dengan menyabung nyawa, menumpahkan darah dan airmata.

Saudaraku,
Jika engkau sempat, berkelanalah ke seantero dunia. Dunia kini memudahkan manusia untuk berkelana tanpa harus meninggalkan tempat duduknya. Apalagi jika engkau mendayagunakan panca-inderamu dengan kemampuan maksimal, plus kombinasi pikiran dan kalbu-mu akan menghantar engkau ke yang sejati itu.

Manusia bertarung habis-habisan di daratan eropa memperebutkan sejumput wilayah. Ironisnya, ingatan pendek sirna, dan tersadar untuk kemudian berusaha menata kembali menjadi satu eropa. Kawasan Balkan, sebagian Asia, hampir semua Afrika mengikuti sejarah, bercerai porak poranda. Dan dimasa datang, mencoba bersatu kembali.

Saudaraku,
Dunia, sering dikapling seenaknya seolah milik nenek-moyangnya. Dan manusia terkubur didalamnya.Tapi, itulah realita agar kita bisa meng-hikmati-nya dan tidak larut didalamnya.
Sejarah dan realitas negara kini adalah menu di meja makan kita, tapi kita punya akal dan kalbu untuk 'mengolahnya'. Hingga kita dapat memilih untuk tidak tenggelam dalam 'kegelapan' dan lari ke 'cahaya'.

Friday, August 11, 2006

Pernik Dunia

Jutaan manusia,
lari bergegas
menerjang ruang
pojok-pojok dunia
dan akhirnya lelah lunglai
terkapar

Jutaan manusia,
berjalan cepat
menembus waktu
tak pernah kembali
dan akhirnya lemah
tak berdaya

jutaan manusia,
tidur lelap
hilang sia-sia
di pentas dunia
dan akhirnya insaf
diujung hidupnya

jutaan manusia
mungkin diam
tak terjebak ruang-waktu
sadar, dunia sekejapan mata
dan pernak-pernik semata
untuk akhirnya
sibuk mencari bekal
kembali kepada-Nya
------

pimlico-night, 3.27am
08/11/06

Thursday, August 10, 2006

Temankah Ia?

adakah teman, abadi
tak menyimpan luka
tak melahirkan duka
tak memiliki prasangka
tak membuat kecewa

adakah teman, kekal
slalu membasuh luka
acapkali menghibur duka
senantiasa berusaha menghilangkan prasangka
juga menebar bahagia

adakah teman, selamanya
memberi ruang cinta
mengulurkan tangan
memeluk dalam dekapan
menentramkan jiwa
dan tempat gundah-gulana

Teman sejati,
hanyalah Dia semata
tak tergantikan
meski
tak bisa ditangkap oleh panca indera
bukankah, apapun tak bisa menyerupai-Nya
-------

parkdale 11.42 am
08/10/06

Wednesday, August 09, 2006

Libanon

Darah tumpah,
air mata membuncah
rentetan peluru muntah
gelegar gedung ambruk, roboh

Pagi mendendam
siang mengeram
sore mencekam
malam mendekam

langit pecah
nafsu pecah
merobek sejumput wilayah

Ottawa, 01.25 - August/10/06

PROLOG

Ada banyak peristiwa yang melintas dunia. Lintasan peristiwa itu dikepung oleh ruang dan waktu. Manusia bergegas menyongsongnya, untuk kemudian menyadari bahwa semua hanya menuju bayangan-bayangan hampa.

Air mata tumpah membanjiri bumi. Darah membasahi pelataran dunia. Peluh tak henti menetes. Tubuh meregang lelah dan manusia terpaku di sepanjang jejak kehidupannya. Manusia terlelap dalam tidur panjang dan nina-bobo pentas-pentas fatamorgana. Manusia terjebak dalam kegelisahan. Manusia sibuk mendaftar keinginan yang tak berkesudahan. Berkompetisi saling mengalahkan. Berjibaku memperebutkan kue kepentingan di meja makan. Manusia menyerah pasrah, didikte dan bahkan bertekuk lutut dengan sukarela dihadapan raksasa-raksasa global.

Di pusaran ruang-waktu, jutaan makhluk beraneka --kecuali manusia - mendendangkan lantunan surgawi. Sedikit manusia terpana dan memilih berjalan dalam sunyi. Hatinya terbang, duduk bersimpuh meski sekitar tenggelam dalam pingsan dunia. Jiwanya melayang ke cakrawala.


Sejarah berulang, sejarah meregang. Sejarah juga menorehkan kisah nyata sebagai pertanda. Sedikit manusia menengok sejarah, sehingga lupa bekal hidupnya. Sedikit manusia gandrung ziarah, sebagai cara menghikmati sejarah.

Manusia desa dan kota dikurung gelisah. Manusia modern dan juga kuno dilanda jiwa yang kering. Jiwa memanggil-manggil untuk dihinggapi cahaya. Padahal, cahaya telah hinggap sejak awal mula. Ironisnya, jutaan manusia memilih cermin gelap untuk kehidupan yang dijalaninya. Agama dan kitab suci dicampakkan. Tuhan yang sesungguhnya disembah dengan penuh kepura-puraan. Tuhan kecil dan palsu yang bertebaran di seluruh pojok dan layar kaca disongsong dengan sukacita. Orang bijaksana ditinggalkan, lantas bergegas dalam kerumunan.

Pun demikian, Ia, tetap membuka lebar ruang cinta. Dan menaburkan rakhmat untuk kembali kedalam pelukan-Nya. Petunjuk hanya hanya datang kepada yang mencarinya. Ke-mengerti-an hanya menghampiri pada yaang bermaksud memahaminya. Hati keras menggumpal, menutup cahaya. Hati lembut dapat memancarkan cahaya. Dan.....akhirnya puisi, sastra juga seni adalah media melembutkan hati.

Selamat menikmati,
Ottawa, August/09/06