Powered By Blogger

Wednesday, April 11, 2007

"Family"

Jika saja dunia mampu bercerita, atau menuliskan sejarahnya. Hasilnya adalah ironi. Peradaban adalah ironi. Sejarah adalah ironi. Pertengkarana atau peperangan juga ironi. Bahkan urusan berumah-tangga, jika tak bisa memahami ilmunya juga akan menjadi ironi. Bangunan keluarga tau family juga bisa menjadi ironi.

Saksikan saja, manusia memadu kasih. Melewati ruang dan waktu bersama. Berjanji sehidupu-semati ketika cinta masih berkobar. Tersenyum di pelaminan. Menghabiskan bulan-bulan mudah yang singkat. Tetapi, tiba-tiba saji kasih menjadi hilang. Cinta tertelan kejenuhan. Meletup pertengkaran, untuk kemudian berujung kepada perceraian. Dimanakah cinta mereka ketika amarah menorehkan luka dan kebencian dan bermuara kepada perpisahan?

Keluarga, jika tak memahami secara benar, bisa menjadi misteri. Manusia seperti sombong telah memahami pasangan hidupnya. Ketika usai pernikahan, manusia seolah terkaget-kaget dengan fenomena asing dari setiap pasangannya. Manusia kaget karena sering tak bisa menerima kekurangan pasangannya. Manusia kaget dan meminta berlebihan pengertian dan kesabaran pasangannya. Tetapi, jarang, merenungkan untuk belajar memahami kehendak dan keinginan pasangannya. Ironis bukan. Jika ini terus diawetkan dalam hubungan keluarga, maka bersiaplah menyongsong 'prahara keluarga'. Alih-alih meraih keluarga sakinah, malah sebaliknya yang diperoleh.

Manusia berduyun-duyun menuju pelaminan. Dengan ilmu kosong tanpa nilai dan pemahaman. Manusia menjadikan 'family' sebuah rutinitas alamiah peradaban. Manusia menjadikan rumah tangga seperti pabrik-pabrik lahirnya manusia baru. Tanpa nilai-nilai untuk apa sesungguhnya keluarga dibangun. Inikah ironi zaman?

No comments: